• Feed RSS
0

Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut. Proses ini disebut proses pencernaan. Pencernaan dilakukan oleh sistem pencernaan. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui makanan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Saluran pencernaan berfungsi memecahkan makanan yang besar menjadi berukuran lebih kecil dan halus. Kerja saluran pencernaan dibantu dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.

[+/-] Selengkapnya...

• Apendikitis Þ Radang usus buntu.
• Diare Þ Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
• Kontipasi (Sembelit) Þ Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)
• Maldigesti Þ Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.
• Parotitis Þ Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
• Tukak Lambung/Maag Þ "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori
• Xerostomia Þ Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare

Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

Konstipasi (Sembelit)

Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.
Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

[+/-] Selengkapnya...

0

1). Penyebab bayi prematur :
a) Ibu :
- Mengalami keguguran atau pernah melahirkan bayi prematur pada riwayat kehamilan
sebelumnya.
- Adanya tekanan darah tinngi ADH kurang menyerap air dalam tubuh.
- Penyakit Jantung, Diabetes Melitus
- Cairan ketuban kurang dari normal.
- Mengkomsumsi Alkohol,merokok.

b) Bayi
- Menderita pertumbuhan lambat dan juga ada kelainan.

c) Plasenta
- Terlepas belum saatnya.
- Terletak lebih rendah dari mulut rahim / menutupi mulut rahim.

2). Struktur organ respirasi :
a).Saluran respirasi bagian atas terdiri dari:
- Hidung bulu-bulu hidunguntuk menyaring udara masuk
- Faringtempat saluran pernafasan dan pencernaan
- Laringpita suara

b).Saluran respirasi bagian bawah terdiri dari
- Trakeapipa silinder, dengan panjang 10-20 cm.
- Bronkustempat percabangan trakea kanan dan kiri
- Alveolitempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

 Saluran pernafasan di luar paru-paru:
– Sel epitel di luar paru-paru berupa selapis selindris bersilia.
– Di sepanjang trakea sel golbet yang menghasilkan mucus di bronkussel
epitel selapis.
– Di bronkeoulus paling kecilsel kuboid

 Respirasi menurut divisinya :
1. Divisi Respirasi
- Fungsi:
a. Sebagia pertukaran O2 dan CO2 di alveoli.
~ Salurannya : Bronkeoulus respiratori- duktus alveolaris-sakus alveolaris-alveoli.

2. Divisi Konduksi
- Fungsi:
a. Saluran keluar masuknya udara dari hidung- faring- laring- trakea-
bronkus terminalis.

3). Hubungan sianosis dengan surfaktan:
• Kehilangan O2 pada darah disebabkan surfaktannya belum
terbentuk sempurna akibatnya pengembangan paru belum sempurna.
• SurfaktanMenurunkan tegangan air di paru-paru.
• Fungsi Untuk menambah elatis dari pengembangan paru.

4). Sebab bayi prematur di isolasi di inkubator:
• Karena pada bayi yang lahir prematur sistem imunnya belum kuat
dan ketidak matangan pada sistem organ tubuh seperti : sistem pernafasan, paru
sehingga bayi tersebut di tempatkan di inkubator untuk menambah O2, suhu dan
kelembaban sesuai dengan keadaan normal.
• Selain Inkubator ada prose pemanasan menggunakan Lampu.
Sebelum di panaskan mulutnya harus di sedot untuk mengeluarkan cairan
yang terdapat pada mulutnya.

5). Sistem pengontrolan respirasi oleh tubuh:
• Pernafasan Dorsal Mengatur irama pernafasan.
• Pernafasan Sentral Mengatur Inspirasi dan Ekspirasi.
• Pernafasan Toksik Mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan.

- Di pengaruhi oleh tekanan O2 dan CO2
( Apabila O2 meningkat akan berdilatasi, sedangakan O2 menurun akan mengalami vasokontriksi. Apabila CO2 meningkat bronkodiltasi, sedangkan CO2 menurun maka bronkeolus berkontraksi.
– Di pengaruhi oleh kendali kimia terbagi 2:
a.Kemo reseptor sentral Pengontrolan PH
b.Kemo reseptor perifer Pengontrolan PH

6) Penyakit yang di timbulkan oleh gangguan pernafasan:
1. Sianosis Karena Hb tidak berikatan dengan O2
2. Pneumonia Infeksi dari alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlobang- lobang sehingga alveoli terinfeksi oleh virus, jamur dan bakteri
3. Asma
4. Tuberkulosis
5. ISPA
6. Hipoksia
7. Hiperkapnia

7) Mekanisme pernafasan di bedakan atas 2 :
1. Pernafasan dada
 Fase inpirassi: Berkontraksinya otot antar tulang usukrongga dada membesartekanan rongga dada mengecil dari tekanan di luar sehingga udara luar masuk.
 Fase ekspirasi : Kembalinya otot antar tulang rusukyang diikuti turunnya tulang rusukrongga dada menjadi keciltekanan rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar sehingga udara keluar.

2. Pernafasan Perut
 Fase Inspirasi : Otot diafragama berkontraksidiafragma
mendatarrongga dada membesartekanan menjadi keciludara masuk
 Fase Ekspirasi : Otot diafragma kembali ke awamendatalrongga dada
mengeciltekanan menjadi lebih besarudara keluar.

- Volume Paru terbagi 3 :
a. Volume tidal500ML
b. Volume cadangan3000ML
c. Volume residu1200ML

– Kapasitas Paru terbagi 4:
1. InspirasiVol.tidal+Vol. cadangan = 3500ML
2. Residu Vol.cadangan ekspirasi+Vol.residu=2300ML
3. VitalVol.cdgn inspirasi+ekspirasi+tidal = 4600 ML
4. Paru total 5800 ML
8) Fungsi respirasi :

– Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan system aliran
darah.
– Sebagai jalur keluar masuknya udara dari luar ke paru – paru.
– Pertukaran O2 dan CO2
– Keseimbangan Asam Basa
– Keseimbangan suhu tubuh.

9) Proses difusi dan transportasi O2 dan CO2
– Darah dari bilik kanan masuk ke paru melalui arteri pulmonalis, darah tersebut akan mengikat O2 di alveoulus oleh Hb lalu di alirkan darah yang kaya O2 tersebut ke vena pulmonalis ke jantung, kemudian diedarkan lewat aorta ke seluruh tubuh, di seluruh tubuh O2 akan di ambil dan di tukar dengan Co2 dan kenbali ke jantung lagil

10) Fungsi infus pada bayi prematur:
– Untuk pemberian makanan kanrna kandungan gizinya kurang
– Jalur makanannya tersumbat sehinnga tidak bisa di beri secara langsung
makannya dipasang infus.

6. PENJABARAN TUJUAN PEMBELAJARAN

1. ORGAN PENYUSUN SISTEM PERNAPASAN.
Secara sistematis sistem pernapasan dibagi menjadi saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks, atau rongga dada, sementara saluran pernapasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks .
Berdasarkan Anatomi dan Histologi Sistem Respirasi di bagi atas:
1. Bagian Konduksi terdiri dari :
- Hidung

- Di lapisi oleh 2 mukosa yaitu Mukosa Respiratorius ( epitel bersilia ), dan Mukosa Olfaktoris ( ujung saraf bebas ).
- Di kelilingi oleh Sinus Paranalis ( yang di lapisi oleh mucus respiratorius ). Contoh sinusnya yaitu:
1. Sinus Maxilaris
2. Sinus Prontalis
3. Sinus Ethmoldalis
4. Sinus Sphenoldalis

- Perdarahaan Hidung  di darahi oleh arteri:
1. Arteri Sphenopalatina
2. Arteri Maxilaris
3. Cabang Arteri Facialis

- Persarafan Hidung  Olfaktorius ( aferen viceral ), Maxillaris ( serabut sensoris ).

- Fungsi Hidung :
1. Jalan keluar masuknya udara
2. Penyaring
3. Melembabkan dan menghangatkan udara
Sel Goblet dan kelenjar serous berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara.
4. Reseptor pembau

- Farink

- Rongga yang berbentuk pipih dan di leawti oleh udara dan makanan, terdiri dari otot skeletal untuk penelanan.
- Terdapat glottis yang berfungsi menutup saluran napas apabila ada makanan yang akan melewati farink.
- Terdiri dari :
1. Nasofaring ( 2 tuba estachii, adenoid ) Jalan napas.
2. Orofaring ( uvula )  Jalan makanan dan napas.
3. Laringofaring  Perbatasan dengan laring.

- Terdapat lapisan-lapisan yaitu :
1. Epitel Mukosa Respiratoria  epitel berderet slindris dengan 2 tipe :
a. Sel Goblet : sel yang akan mensekresi mucus yang akan menangkap bahan- bahan kotoran dari luar.
b. Sel bersilia : silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar.
2. Pembuluh darah : menghangatkan
3. Lamina propia : terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan
banyak sabut-sabut elastis.
4. Tunika Sub Mukosa : mengandung jaringan ikat kendor yang mempunyai banyak
jaringan limfoid.
- Jaringan limfoid yaitu :
1. Tonsillae Pharygica : letaknya di belakang nasopharing
2. Tonsillae Palatina : terletak di perbatasan rongga mulut dan oroparing kanan.
3. Tonsillae Lingialis : terletak pada akar lidah
4. Tonsillae Tubaria : terletak di sekitar muara Tuba Eustachi

- Larink

- Tabung pendek berbentuk seperti kotak tringular dan di topang oleh sembilan kartilago: tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan:

1. Kartilago tidak berpasangan
a. Kartilago Tiroid : terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid. Berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon yang disekresi saat pubertas.
b. Kartilago Krikoid : cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid.
c. Epiglotis : Katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid, saat menelan, epiglotis secara otomatis menutup mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan.

2. Kartilago berpasangan
a. Kartilago Aritenoid : melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan
dari epitelium skuamosa bertingkat.
b. Kartilago Korinulata : melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid.
c. Kartilago Kuneiform : berupa batang-batang kecil yang membantu menopang
jaringn lunak.
- Memiliki 2 pasang lipatan mukosa yang membagi laring:
1. Lipatan ventrikular : di sebut juga pita suara palsu yang dapat merapat untuk menahan napas sewaktu menggendan.
2. Lipatan Vokalaris : di sebut pita suara sejati yang membentuk suara., terdapat dua buah otot , oleh gerakkan otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara dapat melebar dan mengecil, sehingga terbentuklah suara.

- Trakea

- Terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri.
- Panjangnya 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang di lapisi oleh otot polos yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.
- Terdapat epitel yang terdiri dari :
1. Seel silindris bersilia
2. Sel goblet
3. Sel slindris dengan striated border ( sel penyikat )
4. Sel lymfosit, makrofag

- Bronkus
- Terbagi 2 : kanan dan kiri. Kanan lebih pendek dan lebih lebar, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Kiri lebih panjang dan ramping dari yang kanan, terdi dari 9- 12 cicncin mempunyai 2 cabang.Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkiolus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil menjadi bronkus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidakmengandung alveoli.
- Bronkus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu:
1. Bronkiolus respiratoris
2. Duktus alveolaris
3. Sakus alveolaris terminalis

Gambar. Sistem Pernapasan

- Alveoli
- Suatu sel pipih alveolar tipe 1 yang menyusun dinding alveoli adalah selapis epitel gepeng. Dalam ruang d antara sebaran alveoli terdapat jaringan ikat elastis yang penting untuk ekhalasi.
- Alveolus di lapisi oleh zat lipoprotein yang di namakan surfaktan.

Gambar. Struktur Alveouli

Lanjutan Pernapasan

- Paru-Paru

- Terletak di rongga dada tepat di sekat diafragma.
- Paru-paru terdiri dari 2 bagian: Kanan memiliki 3 lobus dan Kiri memiliki 2 lobus.
- Paru di bungkus oleh dua lapis seraput paru-paru yang di sebut pleura
- Pleura di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Pleura visceral, yaitu : selaput paru yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu : sselaput yang melapisi rongga dada sebelah luar

Gambar. Struktur Paru

2. MEKANISME SISTEM PERNAPASAN
3.
- Pernapasan Perut
- Merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
- Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai
1. Inspirasi
- Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Ekspirasi
- Merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

- Pernapasan Dada
- Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Inspirasi
- Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Ekspirasi
- Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

- Mekanisme secara umum:
1. Inspirasi
• Otot-otot interkostal berkontraksi akibatnya tulang rusuk terangkat.
• Kontraksi otot interkostal diikuti oleh kontraksi otot diafragma.
• Akibat kontraksi kedua otot ini, rongga dada menjadi membesar.
• Akibatnya udara masuk ke dalam paru-paru.
• Rongga dada yang bertambah besar menyebabkan tekanan udara di paru-paru menjadi kecil.
2. Ekspirasi
• Otot-otot interkostal berelaksasi akibatnya tulang rusuk turun.
• Relaksasi otot interkostal diikuti oleh berelaksasinya otot diafragma.
• Akibat relaksasi kedua otot ini, rongga dada menjadi menjadi mengecil.
• Akibatnya udara keluar dari dalam paru-paru ke lingkungan.
• Rongga dada yang mengecil menyebabkan tekanan udara di paru-paru menjadi besar

3. VOLUME DAN KAPASITAS PARU

- Volume
1. Volume dan napas (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa muda.
2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alur napas normal dan biasanya mencapai 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal, jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml.
4.. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada pada atau dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.

- Kapasitas Paru

1. Kapasitas inspirasi sama dengan volume alun napas ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara kira-kira 3500 ml yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkatan ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 ml.
3. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4600 ml.
4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa kira-kira 5800 ml, jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.

4. PROSES DIFUSI DAN TRANSPORTASI O2 DAN CO2

- Difusi O2 dan CO2

1. Difusi O2 dari alveoli ke darah kapiler paru.
- Difusi terjadi karna PO2 di alveoulus lebih tinggi dari pada PO2 darah dalam kapiler paru. PO2 alveolus 104 mmHg dan PO@2 kapiler paru 40 mmHg

2. Difusi O2 dari kapiler ke sel jaringan
- PO2 intrasel berkisar 5-40 mmHg, dengan rata-rata = 23 mmHg. Jadi tetap lebih rendah dari kapiler jaringan, sehingga O2 dapat berdifusi

3. Difusi CO2 dari sel ke kapiler jaringan
- Ketika O2, dipakai sel , PCO2 intrasel naik ( 46 mmHg ), dan vena kapiler jaringan ( 45 mmHg ) CO2 berdifusi

4. Difusi CO2 dari kapiler paru ke dalam alveoli
- PCO2 kapiler paru pada ujung arteri 45 mmHg, PCO2 alveolus 40mmHg CO2 berdifusi dari kapiler paru ke alveoulus kemudian di keluarkan melalui ekspirasi.

5. Difusi O2 dari kapiler cairan intertisial
- PO2 dalam kapiler perifer = 95 mmHg. PO2 cairan interstitial = 40 mmHg O2 berdifusi dari kapiler ke cairan interstitial secara cepat. Sehingga PO2 kapiler pun turun hampir sama dengan 40 mmHg.
- Difusi CO2 20 x lebih cepat dari difusi O2. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspirasi CO2 sehingga [ CO2 ] tidak menumpuk di dalam jaringan

- Transport O2 dan CO2

1. Transport O2 dalam darah arteri
- 98 % darah, paru masuk ke atrium kiri melalui kapiler alveolus dan teroksigenasi sampai PO2 =
40 mmHg
- 2 % darah, paru yang lain melewati aorta melalui sirkulasi bronkial , karena tidak teroksigenasi
PO2 = 40 mmHg
- Kedua darah ini bercampur dalam vena paru  campuran darah vena. PO2 = 95 mmHg 
masuk jantung kiri  pompa melalui aorta  arteri  kapiler perifer.

- Bentuk pengangkutan O2 :

97 % O2 di angkut dari paru ke jaringan dalam campuran kimiawi dengan Hb dalm sel darah merah. Ada 5 ml O2 yang di angkut dalam bentuk terlarut dalam campuran plasma dan sel darah. 0,17 ml O2 secara normal diangkut dalam keadaan terlarut ke jaringan oleh 100 ml darah.

- Bentuk pengangkutan CO2 :

- Dalam bentuk terlarut ( 7 % ), 0,3 ml CO2 dalam bentuk terlarut di angkut oleh 100 ml aliran
darah .

- Dalam bentuk HCO3 ( 70 % ). CO2 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat dengan
bantuan karbonanhidrase di bentuk di sel darah merah, kemudian H2CO3 di uraikan menjadi
H2O dan CO2, CO2 di keluarkan.

- Dalam bentuk senyawa karbomino hemaglobin ( CO2Hgb ) sekitar 80%. 1,5 ml CO2 dalam
100 ml darah

 Efek Haldane :

- Bila O2 berikatan dengan Hb, CO2 di keluarkan dari darah karena HbO2 akan tinggi keasaman
Hb  CO2 di darah pindah ke alveoli dengan cara:
– memindahkan CO2 dalam bentuk karbamino dan darah.
– Hb melepaskan sejumlah H plus  berikatan dengan CO2  H2CO3  H2O + CO2 di
keluarkan.

 Efek Haldane melancarkan transportasi CO2

 Efek Bohr melancarkan transportasi O2

5. SISTEM PENGONTROLAN RESPIRASI

- Pusat respirasi di otak di sistim saraf otonom pada bagian batang otak.

a. Medula rhythmicy area
– area pengatur inspirasi dan ekspirasi
– mengatur ritme dasar respirasi
b. Pneumotaxic area
– membantu koordinasi transisi anata inspirasi dan ekspirasi
– mengirim impuls inhinisi ke area inspirasi dan mencegah paru-paru mengembang
c. Apneustic area
– membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi
– mengirim impul ekshibisi ke area inspirasi

- Kendali kimia terbagi atas:

a. Kemoreseptor sentral :
- Neuron yang terletak di permukaan ventral lateral medulla. Peningkatan kadar karbndioksida
dalam darah arteri dan vairan serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman
respirasi.

b. Kemoreseptor perifer

- Terletak di badan aorta dan carotoid pada sistem arteri. Merespon terhadap perubahan
konsentrasi ion oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen.

- Contoh :
Kalau kita melakukan olahraga maka akan terjadi proses pembakaran di dalam tubuh, hal ini memerlukan oksigen yang sangat besar , maka efek dari kompensasi tubuh adalah dengan jalan respirasi yang cepat dan dalam untuk menyediakan bahan bakar teresebut, sewktu kita mulai istiharat maka tubuh akan kembali normal karena oksigen yang di butuhkan standar karena pembakaran yang terjadi tidak terlalu banyak.

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPIRASI
1. Pengaturan pernapasan volunter
2. Efek reseptor iritan pada jalan napas  rangsangan dapat di atur  bersin, batuk, kontraksi bronkus emfilema, asma.
3. Fungsi reseptor  paru  rangsangan menyebabkan sesak napas  ujung saraf saraf sensori yang berjejer.
4. Anestesia : Henti napas.
5. Umur : Semakin bertambah umur seseorang, irama pernapasan semakin lambat.
Pada usia balita dan remaja merupakan masa pertumbuhan fisik yang sangat
membutuhkan energi yang berarti laju metabolisme dalam tubuh juga akan lebih cepat,
sehingga mebutuhkan banyak oksigen dan juga banyak mengeluarkan karbondioksida.
6. Jenis kelamin
Kegiatan atau aktivitas tubuh yang bekerja dan semakin berat kerja organ tersebut,
semakin tinggi kebutuhan energi yang di perlukan , sehingga laju metabolisme dan irama
pernapasan semakin cepat.
7. Ketinggian : Makin tinggi daratan makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat di hirup.
8. Polusi Udara

7. GANGGUAN PADA SISTEM RESPIRASI
a. Asfiksi kelainan dalam pengangkutan O2 ke jaringan / gangguan penggunaan O2 oleh jaringan.

b. Tuberkulosis disebabkan mycobactenum tubercolosis, ciri-cirinya: terbentuk bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.

c. Pneumonia radang paru karena diplococus pnemoniae, radang pada dinding alveolus

d. Atelektasis Alveoli mengempes karena terjadi pada tempat-tempat yang terakolisor pada paru, penyebabnya karena obstruksi total saluran napas dan berkurangnua surfaktan pada cairan yang melapisi alveoli.

e. Asma  di tandai dengan kontraksi spsifik oto polos bronkiolus yang menyumbat bronkiulus secara parsial dan menyebabkan sukabkesukaran bernapas yang nebat.
Asma terbagi 2:

a. Asma Kardial berhubungan dengan kelainan jantung.

b. Asma Bronkial penyakit saluran pernapasan terbagi 2:

– Ektrinsik : Pengidap hipersensitif dan hiperaktif terhadap macam-macam rangsangan luar, seperti: debu, cuaca, obat nyamuk. ( pada anak- anak, dapat sembuh bila sudah dewasa )

– Intristik : Muncul bila penderita mendapat gangguan psikis, ex: Olahraga berat, stres, perubahan cuaca yang dratis.

– Campuran: gabungan komponen instrinsik dan ekstrinsik , biasanya yang ekstrinsik akan berlanjut ke ekstrinsik.

f. Asidosis  kenaikan kadar asam karbonat dan asam birkarbonat dalam darah sehingga pernapasan tidak ada.

g. Rinitos  radang rongga hidung akibat infeksi virus, misalnya virus influenza

h. Faringitis  radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri streptococus.

i. Laringitis  radang pada laring serak atau kehilangan suara.

 Gangguan pernapasan pada pendaki gunung :
Pendaki gunung sering mengalami gangguan pernapasan berupa kurangnya pasokan O2 ke jaringan karena [ O2 ] di pegunungan semakin berkurang. Kekurangan O2 ini biasanya si pendaki gunung selalu beristirahat sebelum sampai ke puncak untuk menyesuaikan jaringan tubuh dengan kondisi lingkungan, sehingga untuk mencapai puncak memerlukan waktu berhari-hari.

 Tenggelam
Pada orang yang mengalami tenggelam akan mernyebakan saluran napasnya tersumbat, menyebabkan kematian dan pada keadaan ringan akan menyebabkan aktivitas napas terhenti.

8. PENGARUH SISTEM RESPIRASI TERHADAP KESEIMBSNGAN PH

- Pernapasan mempengaruhi PH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO2 dalam cairan tubuh , bahwa CO2 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat ( H2CO3 ), yang akan terionisasi menjadi ion H + dan ion HCO3-

- Makin banyak ion hidrogen terdapat dalam cairan tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit ion hidrogen akan makin tinggi pH

- Sistem pernapsan dapat menjadi sebab ketidakseimbangan pH sebaliknya dapat pula memperbaiki ketidakseimbangan pH yang di akibatkan oleh:

– Alkalosis respiratorik : terjadi jika frekuensi atau efisiensi pernapasan menurun sehingga terjadi penumpukan CO2 dalam cairan tubuh.

– Asidosis respiratorik : terjadi jika frekuensi pernapasan meningkat, dan CO2 dihembuskan dengan cepat.

4. SISTEMATIKA

5. LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Organ-organ penyusun sistem pernafasan secara makroskopis dan mi
mikroskopis.
2. Mekanisme sistem pernafasan Inspirasi dan ekspirasi
3. Volume dan kapasitas paru-paru
4. Sistem pengontrolan respirasi
5. Gangguan pada sistem respirasi
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi
7. Proses difusi dan transportasi O2 dan CO2 di darah, jaringan,alveoli
8. Pengaruh sistem respirasi terhadap keseimbangan PH

7. KESIMPULAN
Proses pernapasan lebih dari sekadar aksi mekanik sederhana dari bernapas. Inhalasi memberi tubuh oksigen yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam proses pernapasan sel. Ekshalasi membuang CO2 yang merupakan hasil pernapasan sel. Bernapas juga mengatur kadar CO2 di dalam tubuh, dan hal ini mempunyai kontribusi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.

Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan udara dan paru-paru, yaitu organ pernapasan fungsional. Saluran pernapasan atas terdiri atas : hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasan bawah terdiri atas trakhea, bronkhial dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi dalam tubuh..

Ventilasi didefinisikan sebagai perpindahan udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi ini mencakup inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah perpindahan ke dalam paru-paru akibat kontraksi otot-otot pernapasan dan perubahan dalam tekanan toraks. Ekspirasi adalah perpindahan udara ke luar paru-paru dan merupakan akibat relaksasi otot-otot pernapasan serta perubahan dalam tekanan toraks.Volume dan kapasitas pulmonal merupakan ukuran klinis penting dalam mengevaluasi abnormalitas pernapasan.

Pernapasan eksternal adalah pertukaran gas antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler pulmonal. Oksigen berdifusi dari alveoli ke kapiler pulmonal dan karbon dioksida berdifusi dari darah dalam kapiler pulmonal ke dalam alveoli. Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol setempat dari pertukaran gas yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida terhadap bronkhiolus dan kadar oksigen terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak terletak di medulla dan pons. Area yang sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat sensitif terhadap kadar PCO2 plasma. Mekanisme pengaktifannya melalui ion-ion H+

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A.2007.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta : EGC
Gaytton, Arthur C.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Price, Sylvia Andreson. 2005.Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Shewood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
Janquiera, L.Carlos.1997. Histologi Dasar. Jakarta : EGC
Kuliah Pakar Minggu 2 mengenai respirasi.

[+/-] Selengkapnya...

Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi.

Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia.

Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen.

Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.

Peradangan dapat terjadi pada rongga hidung bagian atas dan disebut sinusitis, peradangan pada bronkus disebut bronkitis, serta radang pada pleura disebut pleuritis.

Paru-paru juga dapat mengalami kerusakan karena terinfeksi Mycobacterium tuber culosis penyebab penyakit TBC.

Pengangkutan O2 dapat pula terhambat karena tingginya kadar karbon monoksida dalam alveolus sedangkan daya ikat (afinitas) hemoglobin jauh lebih besar terhadap CO daripada O2 dan CO2.

Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2.

Gejala alergi terutama asma dapat pula menghinggapi sistem pernapasan begitu juga kanker dapat menyerang paru-paru terutama para perokok berat.

Penyakit pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.

[+/-] Selengkapnya...

• Apendikitis Þ Radang usus buntu.
• Diare Þ Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
• Kontipasi (Sembelit) Þ Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)
• Maldigesti Þ Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.
• Parotitis Þ Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
• Tukak Lambung/Maag Þ "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori
• Xerostomia Þ Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare

Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

Konstipasi (Sembelit)

Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.
Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

[+/-] Selengkapnya...

Sistem peredaran oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia bisa mengalami gangguan atau kelainan disertai penjelasan pengertian atau definisi singkat yaitu seperti :

1. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan

a. Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis disebabkan oleh bronkus yang dikelilingi lendir cairan peradangan sedangkan asma adalah penyempitan saluran pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan mengalami kontraksi yang mengganggu jalan napas.
b. Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
c. Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
d. Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka menggunakan mulut untuk bernapas.
e. Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut pleura.
f. Bronkitis, adalah radang pada bronkus.

2. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus

a. Pneumonia / Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri diplococcus pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.
b. Tuberkolosis / TBC, merupakan penyakit yang disebabkan oleh baksil yangmengakibatkan bintil-bintil pada dinding alveolus.
c. Masuknya air ke alveolus.

3. Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Transportasi Udara

a. Kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida.
b. Kadar haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau kurang darah alias anemia.

[+/-] Selengkapnya...

0

Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.
(QS. Al Infithaar, 82:6-8)

PENDAHULUAN

Anak-anak yang manis, bersiaplah-siaplah, kita segera akan melangkah ke dalam sebuah dunia yang luas dan penuh dengan keajaiban. Ya, dunia ini akan sangat menarik buat kalian. Meskipun kalian mungkin tidak pernah menyadarinya hingga sekarang, bertriliun-triliun pekerja dalam dunia ini telah bekerja tak kenal lelah untuk kalian. Kalian bingung, bukan? Dunia seperti apakah ini?

Dunia yang luar biasa ini adalah tubuh kita sendiri, sedangkan para pekerjanya adalah sel-sel tubuh kita. Semua titik yang terdapat dalam tubuh kita terdiri atas sel-sel. Saat ini dalam tubuh kita terdapat triliunan sel yang bekerja untuk kita. Mereka tetap bekerja, bahkan ketika kalian sedang membaca buku ini. Sebagai contoh, sel-sel mata kalian melakukan sejumlah pekerjaan tanpa henti agar kalian bisa membaca. Ketika kalian bernafas, sel-sel di dalam saluran pernafasan, kemudian yang ada di paru-paru kalian melakukan tugasnya. Sementara itu, sel-sel yang ada di perut kalian mungkin tengah mencerna makanan yang kalian makan beberapa jam sebelumnya.


Tubuh kita tersusun atas sel-sel, masing-masing menjalankan tugas yang berbeda. Gambar di atas memperlihatkan beberapa jenis sel tubuh kita. Sel-sel ini saling bekerja sama sehingga kita dapat tetap hidup.

Semua yang kita sebutkan tadi hanyalah beberapa proses saja yang terus terjadi di dalam tubuh kita. Semua ini terjadi bahkan tanpa kalian sadari. Bagaimanakah triliunan sel sekaligus bisa mengetahui apa yang akan dikerjakannya dan bekerja sama dalam pekerjaannya? Lebih hebatnya lagi tidak pernah ada masalah yang timbul selama proses tersebut. Tidak ada sel yang merebut pekerjaan sel lain, atau menolak untuk melakukan tugasnya sendiri. Di samping itu, seluruh proses ini terjadi dalam kecepatan yang luar biasa.

PENAMPAKAN SEL-SEL KITA DI BAWAH MIKROSKOP...

Sel-sel mata
sel saraf

sel darah merah

Dalam halaman-halaman berikutnya, kita akan membahas bahwa tugas-tugas harian, seperti pencernaan, pernafasan, penglihatan, dan pendengaran, memang sungguh-sungguh luar biasa. Kita akan menyaksikan bahwa sel-sel tubuh kita kadangkala berlaku seperti seorang ahli kimia yang membuat zat-zat kimiawi, kadang-kadang pula berlaku seperti seorang insinyur yang melakukan perhitungan, dan kadangkala bekerja untuk memenuhi kebutuhan sel-sel lainnya.

Menakjubkan, semua ini dilakukan oleh sel-sel yang begitu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Lagipula, sel-sel di dalam tubuh kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sangat penting ini tanpa memerlukan pertolongan apa pun. Ingatlah bahwa sel-sel ini bukanlah manusia seperti kita. Mereka tidak dapat melihat maupun mendengar satu sama lain, ataupun memutuskan untuk "melakukan pekerjaan yang bijaksana". Mereka tidak punya kuping atau otak. Mereka tidak mempelajari ilmu kimia, namun, seperti yang akan kita lihat di bagian berikutnya, mereka justru mengetahui rumus-rumus kimia dan bisa membuat zat-zat menurut rumus-rumus ini. Bagaimana mereka bisa melakukan semua itu?

Kalian akan keheranan ketika membacanya, dan sadar bahwa sel-sel tidaklah melakukan seluruh tugas ini atas keinginan mereka sendiri. Kalian pastilah menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa mempelajari bagaimana melakukan tugas-tugas ini secara kebetulan.

Namun begitu, kita menggantungkan kehidupan kita pada perilaku sadar makhluk-makhluk mungil ini, yang kita bahkan tak mampu melihat dengan mata telanjang. Sungguh, dalam diri mereka ada kebenaran teramat penting yang perlu kita pahami. Terdapat pemilik kecerdasan mahatinggi yang menjadikan sel-sel kita melakukan semua tugas ini dan mengajari mereka apa yang mereka kerjakan. Pemilik kecerdasan tanpa batas ini adalah Allah, Yang telah menciptakan segala sesuatu, yang mencintai kita, dan mengetahui segala kelemahan dan keperluan kita.

Masing-masing dari triliunan sel dalam tubuh kita melakukan tugasnya dengan sempurna karena perencanaan yang sempurna dari Allah, sehingga kita bisa menjalani kehidupan kita tanpa kesulitan apa pun. Bangun setiap pagi untuk pergi sekolah, merasakan manisnya madu, bernafas tanpa kesulitan, berlari di pekarangan sekolah kalian dan bermain bersama teman-teman, menulis, membaca, dan banyak lagi hal lain yang kalian lakukan adalah berkat rasa kasih dan sayang Allah.

Seperti segala hal lainnya di bumi ini, Allah telah menciptakan kalian dengan sempurna dan memberikan untuk kalian segala hal yang kalian butuhkan. Yang harus kalian lakukan sebagai balasannya hanyalah bersyukur kepada Allah, Yang telah memberikan kalian segala anugerah yang jauh lebih berharga dibandingkan segala hadiah yang mungkin kalian dapatkan di dunia ini.


Di dalam setiap sel tubuh kita, yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, berlangsung aneka proses yang jumlahnya lebih banyak daripada yang ada di dalam laboratorium di bawah ini



Oleh karena itu, kita perlu berpikir mendalam tentang apa yang telah dikaruniakan oleh Allah untuk kita. Dalam ayat-ayat Al Qur’an, Allah memberikan banyak contoh untuk direnungkan oleh manusia. Berikut ini adalah salah satunya:


Pada gambar di atas, kalian dapat melihat bagian dalam sebuah sel. Di bagian tengah sel adalah inti sel, yang dikelilingi oleh bagian-bagian lain dari sel.



Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa yang berguna bagi manusia, dan yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan di antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(QS Al Baqarah: 164)

Dalam buku ini kita akan merenungkan tubuh kita. Kita akan melihat betapa sempurna dan telitinya tubuh manusia telah diciptakan oleh Allah. Begitu kalian membaca buku ini, kalian akan lebih mencintai Allah dan bersyukur kepada-Nya. Kalian akan heran atas sikap acuh tak acuh orang-orang di sekitarmu, yang tidak berpikir, dan kalian akan berani untuk memberi tahu mereka tentang apa yang kalian ketahui, sehingga mereka pun tunduk kepada Allah.

[+/-] Selengkapnya...

Di sebelah kiri ini adalah gambar sel telur manusia. Ingin tahu bagaimana bentuk sel-sel tubuh kita lainnya yang diperbesar ribuan kali? Alat ini namanya scanning electron microscope (SEM), sejenis mikroskop elektron yang menggunakan gelombang elektron energi tinggi untuk men-scan suatu permukaan. Gelombang elektron dari SEM ini berinteraksi dengan atom-atom di dekat atau pada permukaan sampel yang akan diteliti, dan menghasilkan gambar 3-D beresolusi tinggi. Perbesarannya dari 25X hingga 250.000X. Detail dari benda berukuran 1 - 5 nm dapat dengan mudah dideteksi, termasuk bentuk dari sel telur, sel darah merah, atau embrio bayi manusia. Mau liat?



Sel-sel Darah Merah


Bentuknya seperti permen cinnamon, gambar di atas adalah jenis yang paling umum dari sel darah di tubuh manusia - sel darah merah (red blood cell-RBC). Tugasnya mengirim oksigen ke seluruh tubuh; seorang wanita mempunyai kira-kira 4 - 5 juta RBC per mikroliter (kubik milimeter) darah, sedangkan laki-laki mempunyai 5 - 6 juta RBC. Orang yang tinggal di dataran yang tinggi mempunyai lebih banyak RBC karena kadar oksigen di lingkungannya yang lebih rendah.

Helai Rambut Manusia


Perawatan rambut yang teratur dan mungkin dengan sedikit conditioner yang bagus akan mencegah rambut Anda rusak seperti ini.

Sel Otak Purkinje


Ada 100 miliar neuron (sel impuls otak) pada otak manusia, neuron Purkinje adalah yang terbanyak. Sel-sel ini adalah masternya koordinasi motorik di cerebellar cortex. Pengaruh racun seperti alkohol dan lithium, penyakit-penyakit autoimmune, mutasi genetik termasuk autisme dan penyakit-penyakit neurodegenerative dapat menyebabkan efek negatif pada sel-sel Purkinje manusia.

Sel Rambut di Telinga


Gambar ini adalah gambar sel rambut stereocilia di dalam telinga yang mendeteksi pergerakan mekanis untuk merespon vibrasi suara.

Lidah dengan Indera Perasa


Gambar di atas adalah gambar ujung indera perasa di lidah. Lidah manusia memiliki kira-kira 10.000 ujung-ujung indera perasa yang bertanggung jawab membedakan rasa asin, hambar, pahit, manis, dan asam.

Plak Gigi


Rajin-rajinlah sikat gigi, karena gambar di atas itu padalah gambar plak gigi yang kurang terawat. Hiii...

Gumpalan Darah Beku


Lihat lagi gambar sel darah merah (RBC) di atas, yang ini adalah sel-sel yang sama yang berada di suatu gumpalan darah beku. Sel-sel yang di tengah adalah sel darah putih.

Kantung Udara Paru-Paru


Ini adalah gambar permukaan bagain dalam dari paru-paru Anda. Rongga-rongga berlubang itu adalah alveoli, disinilah terjadi pertukaran udara dengan darah.

Sel Kanker Paru-Paru


Gambar ini adalah par-paru yang dirusak oleh sel-sel kanker, kontras sekali dengan gambar paru-paru yang sehat sebelumnya.

Villi (Selaput Lendir) pada Usus Kecil


Villi pada usus kecil menambah area permukaan dari usus, yang membantu dalam proses penyerapan makanan. Perhatikan sari makanan yang menempel di celah-celahnya.

Sel Telur Manusa dengan Sel-sel Korona


Gambar ini adalah gambar sel telur di atas tempat kedudukannya. Telur ini dilapisi oleh zona pellicuda, suatu glycoprotein yang melindungi telur dan juga membantu menangkap sperma. Dua sel korona terlihat menempel pada zona pellicuda.

Sperma di Permukaan Sel Telur



Gambar-gambar di atas adalah sperma-sperma yang mencoba membuahi sel telur.

Sperma dan Embrio Manusia


Kayak perang dunia, tapi gambar ini sebenarnya adalah kondisi 5 hari setelah pembuahan pada sel telur dengan sel-sel sperma tersisa yang masih ada di sekitarnya. Gambar fluoroscent ini di abadikan dengan menggunakan mikroskop confocal. Embrio dan nukleus sel sperma diberi warna ungu sementara ekor-ekor sperma yang berwarna hijau. Area yang biru adalah celah persimpangan, yang menghubungkan sel-sel tersebut.

Sel Telur yang Dibuahi


Ini adalah gambar sel telur yang dikelilingi sperma sesaat setelah terjadi pembuahan. Pronukleus laki dan permpuan dapat dilihat di tengah sebelum mereka menyatu menjadi nukleus tunggal dengan full kromosom. Segera setelahnya sel ini akan terus membelah membentuk embrio yang kompleks.

Embrio Manusia dengan 8 Sel


Embrio ini mengalami 3 siklus pembelahan sel dan masih dikelilingi oleh zona pellicuda, selapu luar yang liat.

Embrio Manusia 16 Sel


Gambar ini disebut juga morula. Embrio yang telah mengalami 4 siklus pemebelahan sel.

Embrio-embrio Manusia


Gambar ini adalah gambar kumpulan embrio-embrio, dari yang baru saja dibuahi hingga yang sudah siap ditanam di rahim.

Embrio Manusia Berumur 6 Hari


Dan akhirnya siklus kehidupan dimulai, gambar ini adalah embrio manusia yang berumur 6 hari dan mulai tertanam di dalam endometrium, di dinding rahim.

Semua gambar-gambar menakjubkan ini dan gambar-gambar lainnya Anda bisa lihat sendiri di images.wellcome.ac.uk

Luar biasa, ternyata tubuh kita ini dibentuk oleh miliaran sel-sel yang bersatu padu membentuk tubuh kita dan ajaibnya semuanya menjalankan fungsinya masing-masing dengan sempurna. Belum lagi kalo kita ngomongin soal proses pembentukan embrio manusia. Subhanallah. Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, yang telah menciptakan semuanya ini.

Wassalam.

Artikel terkait:
Tubuh Manusia versus Galaksi

[+/-] Selengkapnya...

Proton, neutron dan elektron


massa relatif


muatan relatif

proton


1


+1

neutron


1


0

elektron


1/1836


-1

Nukleus
Nukleus berada di tengah atom; ia mengandung proton dan neutron. Kumpulan proton dan neutron disebut juga nukleon.

Pada hakekatnya, seluruh massa atom berpusat di nukleus, karena massa elektron sangat kecil.

Memahami jumlah proton dan neutron

Jumlah proton = NOMOR ATOM dari atom

Nomor atom sering disebut juga nomor proton.

Jumlah proton + Jumlah neutron = NOMOR MASSA dari atom

Nomor massa disebut juga nomor nukleon.

Informasi nomor atom dan nomor massa biasanya disingkat dalam bentuk :

Berapa banyaknya proton dan neutron yang dimiliki oleh atom tersebut di atas?

Nomor atom merupakan jumlah proton (9) dan nomor massa merupakan jumlah proton + neutron (19). Jika atom terdiri dari 9 proton, maka akan ada 10 neutron sehingga total keseluruhannya 19.

Nomor atom menandakan posisi dari suatu elemen pada tabel periodik dan karenanya jumlah proton memberitahukan elemen apa yang kita maksudkan. Jadi, jika atom memiliki 8 proton (nomor atom = 8), ini pasti oksigen. Jika atom memiliki 12 proton (nomor atom= 12), ini pasti magnesium.

Begitu juga, setiap atom klor (nomor atom = 17) memiiki 17 proton, dan setiap atom uranium (nomor atom = 92) memiliki 92 proton.

Isotop

Banyaknya neutron di dalam sebuah atom bisa bervariasi dalam skala kecil. Sebagai contoh, ada tiga variasi atom 12C, 13C, 14C. Mereka seluruhnya memiliki jumlah proton yang sama, tetapi jumlah neutronnya berbeda.


proton


neutron


nomor massa

Karbon-12


6


6


12

Karbon-13


6


7


13

Karbon-14


6


8


14

Atom-atom ini disebut isotop, yaitu atom-atom yang memiliki nomor atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda. Mereka memiliki jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang berbeda.

Variasi jumlah neutron tidak mengubah reaksi kimia dari karbon.

Elektron

Memahami jumlah elektron

Atom bermuatan netral. Ke-positif-an proton diseimbangkan dengan ke-negatif-an elektron. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam atom netral :

banyaknya elektron = banyaknya proton

Jadi, jika sebuah atom oksigen (nomor atom = 8) memiliki 8 proton, ia pasti memiliki 8 elektron; jika atom klor (nomor atom=17) memiliki 17 proton, ia pasti memiliki 17 elektron.

Susunan dari elektron-elektron

Elektron-elektron berada pada jarak tertentu dari nukleus di dalam suatu rangkaian level yang disebut dengan level energi. Tiap level energi hanya dapat diisi elektron dalam jumlah tertentu. Level energi pertama (terdekat dengan nukleus) terdiri dari 2 elekton, level kedua 8, dan level ketiga juga akan penuh ketika terisi 8 elektron.

Level-level ini berada dalam jarak yang cukup jauh dari nukleus. Elektron-elektron akan selalu berada pada level energi serendah mungkin selama level tersebut belum terisi penuh.

Memahami susunan dari sebuah atom
* Lihatlah nomor atom dari tabel periodik. Yakinkan Anda memilih nomor yang benar di antara dua nomor yang diterakan. Nomor atom selalu lebih kecil dari nomor massa.
* Nomor atom merupakan jumlah proton, dan karenanya nomor atom memberitahukan kita juga jumlah elektron.
* Susunlah elektron-elektron dalam level-level energi, selalu isi level terdalam sebelum mengisi level luar.

contoh. mencari susunan dari atom klor
* Tabel periodik memberikan kita nomor atom 17
* Oleh karenanya atom klor terdiri dari 17 proton dan 17 elektron
* Susunan dari elektron-elektron tersebut adalah 2,8,7 ( 2 di level pertama, 8 di level kedua, dan 7 di level ketiga )

Susunan dari 20 elemen pertama

Setelah 20 elemen pertama ini kita akan memasuki elemen transisi tabel periodik.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan

Jika kita melihat susunan dalam tabel periodik:

* Jumlah elektron pada tingkat terluar (atau kulit terluar) sama dengan nomor golongan. (Kecuali helium yang hanya memiliki 2 elektron. Gas Mulia biasa disebut dengan golongan O bukan golongan 8). Hal ini berlaku di seluruh golongan elemen pada tabel periodik (kecuali elemen-elemen transisi).
Jadi, jika kita mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2, berarti ia memiliki 2 elektron pada tingkat terluar; yodium merupakan golongan 7 yang berarti ia memiliki 7 elektron pada tingkat terluar.

* Gas mulia memiliki elektron penuh pada tingkat terluar.

Struktur dan diagram elektron

Dalam kimia dasar kita akan menemukan struktur elektronik dari hidrogen dan karbon, seperti gambar di bawah ini :

Lingkaran-lingkaran tersebut menggambarkan tingkat energi – yang sama dengan peningkatan jarak dari nukleus. Kita dapat membentangkan lingkaran tersebut dan menggambar struktur elektron tersebut dalam diagram elektron yang lebih sederhana.

[+/-] Selengkapnya...

Organ penting ini merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru.

[+/-] Selengkapnya...

0

Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.

1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.

2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.

3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

1. Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Gbr. Otak dengan bagian-bagian penyusunnya

2. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

Gbr. Otak dan kegiatan-kegiatan yang dikontrolnya

3. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

4. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.

5. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

6. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.

Gbr. Penampang melintang sumsum tulang belakang

[+/-] Selengkapnya...

0

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.

Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H,206 + 6 02 ———————————> 6 H2O + 6 CO2 + Energi
(gluLosa)

Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :

1. Glikolisis.
2. Daur Krebs.
3. Transpor elektron respirasi.

1. Glikolids:
Peristiwa perubahan :
Glukosa Þ Glulosa - 6 - fosfat Þ Fruktosa 1,6 difosfat Þ
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Þ Asam piravat.
Jadi hasil dari glikolisis :
1.1. 2 molekul asam piravat.
1.2. 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi
tinggi.
1.3. 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

2. Daur Krebs (daur trikarbekdlat):
Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia

Gbr. Bagan reaksi pada siklus Krebs

3. Rantai Transportasi Elektron Respiratori:
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.

Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.

Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

PROSES AKSEPTOR ATP

1. Glikolisis:
Glukosa ——> 2 asam piruvat 2 NADH 2 ATP
2. Siklus Krebs:
2 asetil piruvat ——> 2 asetil KoA + 2 C02 2 NADH 2 ATP
2 asetil KoA ——> 4 CO2 6 NADH 2 PADH2
3. Rantai trsnspor elektron respirator:
10 NADH + 502 ——> 10 NAD+ + 10 H20 30 ATP
2 FADH2 + O2 ——> 2 PAD + 2 H20 4 ATP

Total 38 ATP

Kesimpulan :
Pembongkaran 1 mol glukosa (C6H1206) + O2 ——> 6 H20 + 6 CO2 menghasilkan energi sebanyak 38 ATP.

[+/-] Selengkapnya...

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.

1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.

Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.

Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.

(Lambang P : gugus fosforil )

Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :

Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :

Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).

Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :

1. Glukosa Glukosa 6-fosfat

2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat

3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat

4. Fruktosa 1,6–difosfat

Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat

5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat

6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat

7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat

8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat

9. Fosfoenolpiruvat piruvat

Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.

Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA

3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate

3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2

3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Pengamatan

A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml

Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1

2
3 Biru

Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)

B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-

Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)

4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.

Reaksi Glukosa + Benedict

2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)

b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2

Reaksi Peragian

Reaksi Fermentasi Asam Laktat

Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)

2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat

Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP

BAB V
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.

1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.

Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.

Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.

(Lambang P : gugus fosforil )

Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :

Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :

Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).

Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :

1. Glukosa Glukosa 6-fosfat

2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat

3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat

4. Fruktosa 1,6–difosfat

Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat

5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat

6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat

7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat

8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat

9. Fosfoenolpiruvat piruvat

Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.

Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA

3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate

3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2

3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Pengamatan

A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml

Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1

2
3 Biru

Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)

B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-

Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)

4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.

Reaksi Glukosa + Benedict

2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)

b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2

Reaksi Peragian

Reaksi Fermentasi Asam Laktat

Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)

2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat

Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP

BAB V
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung

[+/-] Selengkapnya...

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.

1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.

Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.

Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.

(Lambang P : gugus fosforil )

Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :

Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :

Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).

Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :

1. Glukosa Glukosa 6-fosfat

2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat

3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat

4. Fruktosa 1,6–difosfat

Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat

5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat

6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat

7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat

8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat

9. Fosfoenolpiruvat piruvat

Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.

Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA

3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate

3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2

3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Pengamatan

A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml

Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1

2
3 Biru

Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)

B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-

Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)

4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.

Reaksi Glukosa + Benedict

2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)

b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2

Reaksi Peragian

Reaksi Fermentasi Asam Laktat

Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)

2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat

Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP

BAB V
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.

1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.

Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.

Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.

(Lambang P : gugus fosforil )

Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :

Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :

Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).

Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :

1. Glukosa Glukosa 6-fosfat

2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat

3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat

4. Fruktosa 1,6–difosfat

Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat

5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat

6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat

7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat

8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat

9. Fosfoenolpiruvat piruvat

Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.

Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA

3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate

3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2

3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Pengamatan

A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml

Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1

2
3 Biru

Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)

B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-

Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)

4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.

Reaksi Glukosa + Benedict

2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)

b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2

Reaksi Peragian

Reaksi Fermentasi Asam Laktat

Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)

2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat

Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP

BAB V
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung

[+/-] Selengkapnya...