BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.
1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.
Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.
Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.
(Lambang P : gugus fosforil )
Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :
Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :
Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).
Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :
1. Glukosa Glukosa 6-fosfat
2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat
3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat
4. Fruktosa 1,6–difosfat
Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat
5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat
6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat
7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat
8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat
9. Fosfoenolpiruvat piruvat
Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.
Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA
3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate
3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2
3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.
B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil Pengamatan
A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml
Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-
Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)
4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.
Reaksi Glukosa + Benedict
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)
b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2
Reaksi Peragian
Reaksi Fermentasi Asam Laktat
Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)
2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP
BAB V
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahui proses atau tahap-tahap reaksi yang terjadi glikolisis dalam sel ragi (ragi yang dipanaskan dan ragi yang tidak dipanaskan). Dan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah dengan beberapa larutan penghambat (larutan arsenat, larutan Hg (CH3COO), dan mengetahui kadar glukosa pada ragi dan sel darah merah.
1. 2. Tujuan
Adapun tujuan percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah :
1. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel ragi.
2. Mengetahui tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis dalam sel darah merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :
1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.
Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat (gambar 7.16). Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.
Gambar 7.16. Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.
(Lambang P : gugus fosforil )
Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :
Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :
Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).
Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :
1. Glukosa Glukosa 6-fosfat
2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat
3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat
4. Fruktosa 1,6–difosfat
Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat
5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat
6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat
7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat
8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat
9. Fosfoenolpiruvat piruvat
Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-batas yang sempit
Dalam keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia akan berkisar antara 1,5 – 5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Selama puasa (nuchter), kadar glukosa akan turun di sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L.
Fermentasi Alkohol
Glikolisis pada ragi dihasilkan 4 molekul ATP (masing-masing satu dari ke-2 DPGA dan masing-masing satu dari ke-2 PEP). Jadi, hasil bersih glikolisis adalah 2 molekul ATP dari setiap molekul glukosa. Jika dalam ATP ini tersimpan 14,6 Kkal (2 x 7,3) maka kira-kira 31 % dari energi yang tersedia (47 Kkal) tersimpan dalam bentuk ATP.
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan) sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi).
C6H12O6 ? 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Proses fermentasi alkohol merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkadung didalam glukosa masih terdapat didalam etanol (hal inilah sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin). Proses fermentasi alkohol sangat berbahaya. Ragi meracuni diri sendiri jika konsentrasi etanol mencapai kira-kira 19 %. (hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol minuman hasil fermentasi seperti anggur, untuk membuat minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi, alkohol tersebut harus dikonsentrasikan dengan distilasi). Fermentasi alkohol telah membuang sebuah karbohidrat (CH3H6O3); mengoksidasi sebuah karbon dengan sempurna (menjadi CO2) dan mereduksi lainnya (CH3CH2OH).
BAB III
METODE KERJA
3. 1. Alat
? Tabung reaksi
? Rak tabung
? Pipet
? Gelas ukur
? Beker gelas
? Erlen meyer
? Batang pengaduk
? Hot plate
3. 2. Bahan
? Aquades
? Ragi
? Sel darah merah
? Larutan Arsenat
? Larutan glukosa
? Dapar fosfat
? Pereaksi Benedict
? Hg (CH3COO)2
3. 3. Cara Kerja
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Disiapkan 3 erlenmeyer
2. Erlenmeyer ke 1 dan ke 3 diisi dengan ragi yang dilarutkan dengan aquades. Dan erlenmeyer ke 2 diisi dengan ragi yang dilarutkan dalam air yang telah dipanaskan
3. Erlenmeyer ke 1 ditambahkan 2 ml larutan glukosa, erlenmeyer ke 3 ditambahkan dengan 4 ml larutan Arsenat dan 2 ml larutan glukosa. Dan erlenmeyer ke 2 ditambahkan 2 ml larutan glukosa.
4. Kemudian dari ketiga erlenmeyer itu didiamkan selama 15 menit.
5. Setelah itu diambil ke dalam masing-masing tabung reaksi 20 tetes dan ditambahkan pereaksi Benedict 10 tetes, kemudian dipanaskan 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.
B. Glikolisis Sel Darah Merah
1. Disiapkan 4 tabung reaksi
2. Tabung reaksi ke 1, ke 3, dan ke 4 diisi sel darah merah 0,5 ml.
3. Tabung ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 masing-masing tabung diisi 7 ml dapar fosfat dan diisi dangan 1 ml larutan glukosa.
4. Kemudian tabung ke 3 ditambahkan 2 ml Hg (CH3COO)2 dan tabung ke 4 ditambahkan 0,4 ml larutan Arsenat.
5. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit kemudian dipanaskan selama 5 menit.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Perlakuan 1 – 6 dilakukan sebanyak 2 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil Pengamatan
A. Glikolisis Sel Ragi
Larutan Tabung
1 2 3
Suspensi ragi
Suspensi ragi yang dipanaskan
Larutan Arsenat
Larutan glukosa 14 ml
-
-
2 ml -
14 ml
-
2 ml 14 ml
-
4 ml
2 ml
Uji Kadar Glukosa pada Ragi
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
15 menit
I 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru kehijauan (endapan kuning kecoklatan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
15 menit
II 1
2
3 Biru
Biru
Biru Biru (endapan biru keunguan)
Hijau kekuningan (endapan kuning)
Biru (endapan putih kekuningan)
B. Glikolisis Sel Darah Merah
Larutan Tabung
1 2 3 4
Sel darah merah 50 %
Dapar fosfat
Larutan Arsenat
Larutan glukosa
Larutan Hg(CH3COO)2 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
- -
7 ml
-
1 ml
- 0,5 ml
7 ml
-
1 ml
2 ml 0,5 ml
7 ml
0,5 ml
1 ml
-
Uji Kadar Glukosa pada Sel Darah Merah
Waktu Tabung + Benedict Setelah dipanaskam
30 menit
I 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Hijau (endapan kuning)
Merah (endapan merah)
Coklat (endapan coklat)
Kuning (endapan kuning)
30 menit
II 1
2
3
4 Biru
Biru
Biru
Biru Merah bata (endapan merah bata)
Merah (endapan merah)
Biru kehitaman (endapan coklat)
Kuning(endapan kuning)
4. 2. Pembahasan
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.
Reaksi Glukosa + Benedict
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)
b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2
Reaksi Peragian
Reaksi Fermentasi Asam Laktat
Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)
2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP
BAB V
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
? Fungsi pemanasan ragi bertujuan agar sel-sel dalam ragi tersebut mati.
? Jika proses glikolisis berjalan dengan baik kadar glukosanya semakin berkurang.
? Arsen berfungsi sebagai inhibitor, yaitu sebagai penghambat, jika arsen menghambat dengan baik maka endapan berwarna merah bata.
? Glikolisis pada sel darah merah akan menghasilkan asam laktat.
? Peraksi Benedict digunakan untuk mengetahui kadar glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Linder, M, C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Montgomery, R, dkk. 1993. Biokimia. Jilid 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Poedjadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Wilbraham, A, C, dkk. 1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Winarno, F, G. 1979. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa Protein. Angkasa. Bandung
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
Makasih yaa !!
Post a Comment