Menjelang tahun perkuliahan baru, saya ingin berbagi sedikit tentang perkuliahan musik secara khusus, dan pekerjaan musisi secara umum. Saat ini istilah “kuliah musik” sudah mulai diterima sebagai hal yang wajar di masyarakat, paling tidak begitu di lingkungan sekitar saya. 15 tahun yang lalu, keadaannya tentu berbeda. Dulu pilihannya tidak sebanyak sekarang. Kuliah favorit itu dulu umumnya ekonomi, kedokteran, hukum, dan teknik. Pada saat saya masih kuliah di Fakultas Seni Rupa & Desain Universitas Trisakti, Fakultas Ekonomi memiliki paling tidak 60% jumlah total mahasiswa di Trisakti. Kuliah musik bukanlah istilah yang familiar. Sekarang, sudah cukup banyak lulusan musik dari luar negeri yang berkarya di tanah air, baik mereka yang mengambil course 1-2 tahun, hingga yang bertitel profesor-pun ada. Salah satu jalur kontribusi mereka kepada masyarakat adalah melalui pendidikan. Selain jalur pendidikan, industri musik juga mengalami sedikit perubahan, begitupun dengan selera pasar musik di Indonesia. Selain itu, dengan Indonesia menjadi tuan rumah bagi salah satu festival musik jazz terbesar di dunia, imbasnya cukup terasa bagi perkembangan musisi muda kita. Didukung pula oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi yang “membukakan mata”. Jadi boleh dibilang bahwa kondisi dan situasi saat ini sudah mulai mendukung para calon mahasiswa untuk memilih jurusan musik sebagai bidang kuliahnya. Masih banyak yang tidak tahu, kalau kuliah musik itu, belajar apa sih? Tidak bisa disalahkan mereka yang bertanya, sebab yang umumnya terekspose di media massa adalah artis dan penyanyi dengan musik yang “genjreng-genjreng” (saya tidak punya kata lain) sehingga kesan yang didapat adalah, main musik itu gampang, murah, dsb. Tidak semua seperti itu tentunya, namun banyak sekali. Mereka tidak menyadari bahwa itu adalah produk industri musik rekaman Indonesia yang rela mengorbankan mutu demi profit, hingga band-band “kejar target” banyak naik ke permukaan. Padahal itu baru satu sisi saja dari industri yang sebetulnya masih besar dan luas. Musisi bisa berkarya di mana-mana tidak hanya di ranah musik populer. Jadi kuliah musik itu belajar apa? Seperti layaknya bidang perkuliahan lain yang mempelajari suatu bidang secara komprehensif dari berbagai sisi, kuliah musik belajar tentang berbagai teori, sejarah, berbagai teknik musik (misal: komposisi, penjarian,dll), ketajaman pendengaran, ilmu sosial, bisnis musik, pedagogi, musicianship, dan lainnya. Jadi mahasiswa vokal misalnya, dia tidak datang ke kampus untuk nyanyi saja, melainkan belajar semua yang mendukung jalannya menjadi seorang musisi profesional dengan bimbingan dosen dan pengajar yang berpengalaman. Di kampus juga ia mulai membangun jaringan dan belajar bekerja dalam lingkungan sosial yang mendukung. Lalu muncul pertanyaan, “Lha, ngapain kuliah musik susah-susah dengan biaya mahal, jika akhirnya harus mengikuti permintaan pasar dengan menjadi seperti band-band dan penyanyi dengan musik begitu-begitu saja seperti pada umumnya di Indonesia?” Inilah letak perbedaannya. Mahasiswa musik tidak menargetkan untuk dapat “bertahan hidup” di industri musik, mahasiswa musik tidak menargetkan “mampu bersaing” di industri musik. Mahasiswa musik adalah pribadi yang mencintai pekerjaannya, ia siap mendalami segala aspek ilmu dalam bidang musik untuk memuaskan tujuan hidupnya. Mahasiswa musik diharapkan siap untuk berkontribusi dalam masyarakat, secara perlahan tapi pasti memperbaiki kondisi industri musik tanah air, mereka juga diharapkan mampu menciptakan pasarnya sendiri, serta harus mampu membuka lapangan kerja musik (misal: manager, road manager, crew, stylist, dll). Apakah kuliah musik akan bekerja di panggung saja? Tentu tidak, seperti layaknya mahasiswa hukum atau kedokteran yang memiliki pilihan yang luas, mahasiswa musik juga bisa memilih lahan musik yang ingin ia kerjakan regardless of his/her main instrument. Pilihannya secara umum (tergantung jurusan) mencakupi artis rekaman, penulis lagu, guru musik, komposer musik iklan, komposer musik film, session player, arranger, music director (rekaman, teater, dll), big band leader, music copyist, orchestrator, penulis musik, dan banyak lagi. Belajar dan mendalami musik mungkin tidak akan menempatkan anda pada posisi pekerjaan dengan kedudukan “empuk” yang diincar banyak orang. Belajar musik di perkuliahan juga tidak menjamin anda akan menjadi musisi yang baik dan didengar oleh masyarakat. Belajar musik juga tidak mudah, penuh tantangan dari luar maupun dalam diri sendiri. Belum lagi profesi musisi masih banyak yang memandang sebelah mata. Namun keahlian yang anda miliki sebagai seorang musisi profesional menjamin anda menjadi seseorang yang mampu untuk tidak bergantung kepada siapa-siapa. Kreatifitas dan keahlian anda tersebut telah anda dapatkan dengan susah payah, dan hal itu adalah milik anda sepenuhnya, hanya Tuhan yang bisa merenggutnya dari anda. kepada mahasiswa maupun calon mahasiswa musik, salut, perjalanan anda akan sangat berliku dan menyenangkan. Jangan lupa juga banyak saudara-saudara kita tidak/belum memiliki kesempatan yang sama dengan anda kuliah musik, maka dari itu mari kita saling membantu sesama musisi agar senantiasa berbagi pengetahuan dan menyebarkan pesan positif melalui musik. Salam musik Indonesia! Penulis adalah dosen tamu di Fakultas Musik Universitas Pelita Harapan (UPH), Direktur Pattimura Choir, dan akan memulai tahun ajaran baru 2009 ini dengan bergabung dengan keluarga besar Institut Musik Indonesia (IMI) sebagai Head Of Vocal Department. |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment